Assalamualaikum wr. Wb
Bagaimana kabar sahabat muslim
dan muslimah semua? Tentunya, sehat selalu dong. Nah, masih di edisi bulan
syawal nih..Bagaimana lebaran sahabat muslim muslimah di tahun ini? Tentu
sangat bahagia.. iya kan? Momen lebaran atau yang disebut dengan Hari Raya Idul
Fitri adalah hari raya bagi umat muslim diseluruh dunia yang jatuh setiap
tnggal 1 Syawal. Seluruh umat Islam diseluruh penjuru dunia merayakan Hari
Kemenangan tersebut setelah berjuang selama 1 bulan menahan haus dan lapar serta
hawa nafsu dengan berpuasa, memperbaiki dan memperkuat amalan serta ibadah kita
dibulan Ramadhan. Semua kalangan umat muslim menyambut Lebaran dengan penuh
sukacita. Dimulai dari mengumandangkan takbir di malam tanggal 1 syawal,
melaksanakan sholat Id, dan selanjunya adalah halal bil halal. Nah sahabat
muslim muslimah yang dirahmati Alloh SWT, apa saja sih tradisi di hari Lebaran
yang biasanya sering dilakukan masyarakat di Indonesia?
11. Mudik
Mudik, tradisi yang sangat menakjubkan,
bahkan mungkin Indonesia telah menjadi sebuah negara dengan masyarakat paling
banyak melakukan perjalanan pulang kampung di musim Lebaran. Tidak
tanggung-tanggung, puluhan juta orang akan bepergian dan menyeberang pulau yang satu ke pulau lainnya. Lebaran
menjadi momen yang sangat tepat untuk pulang kampung dan bersua kembali dengan
sanak keluarga, sebab liburan ini
terbilang sangat panjang dan bisa memberi waktu yang cukup untuk bepergian jauh
sekalipun
2.
12. Halal Bi Halal
Halal Bi Halal adalah sebuah tradisi yang
telah dilakukan sejak lama sekali, dimana orang-orang akan saling mengunjungi
dan merayakan lebaran bersama keluarga besar, teman-teman, kerabat, tetangga
atau bahkan mereka lainnya yang kita
anggap penting untuk kita kunjungi. Pada momen ini biasanya akan menjadi waktu yang
tepat untuk bermaaf-maafan. Halal bi halal bahkan masih akan dirayakan setelah
momen lebaran berlalu dan kita kembali beraktifitas seperti biasanya, maka
ditempat-tempat kita beraktifitas hal ini juga akan dirayakan
33. Ketupat
Lebaran dan ketupat tentu telah menjadi dua
hal yang tidak terpisahkan. Ketupat lebaran akan menjadi sajian yang sangat
istimewa, sebab hampir semua keluarga akan menyantapnya dengan bahagia, dimana
seluruh atau sebagian besar anggota keluarga bisa berkumpul dan menikmatinya
bersama-sama.
4.
4. THR
Tunjangan Hari Rya (THR) adalah sejumlah
uang yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawannya di Hari Raya,
jumlahnya akan disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Namun, bukan hanya perusahaan saja yang akan memberikan THR kepada
karyawannya. Masyarakat juga memiliki sebuah tradisi pemberian THR kepada
anak-anak, dimana yang memberikan THR ini biasanya orang-orang dewasa yang
telah bekerja dan memiliki penghasilan.
5.
5. Pakaian Baru
Tradisi menggunakan baju baru ketika lebaran
juga menjadi salah satu tradisi yang begitu lekat dan selalu dijalankan oleh
banyak orang. Meski hanya sebagai simbol atau kebiasaan saja, tetapi hal ini
hampir identik dengan perayaan lebaran disetiap tahunnya
Beberapa tradisi tersebut memang tidak diperintahkan secara tertulis dalam
dalil Al Qur’an ataupun hadist. Namun,
hal tersebut sudah menjadi tradisi atau kebiasaan masyarakat di Indonesia.
Selain beberapa tradisi di Hari Raya Idul Fitri, ada beberapa amalan sunah yang
bisa kita lakukan di bulan syawal
Amalan Sunah di Bulan Syawal
11. Shalat hari raya (id) di lapangan
Ummu
‘Athiyah radliallahu ‘anha mengatakan,”Kami diperintahkan untuk mengajak keluar
gadis yang baru baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk
menghadiri shalat idul fitri dan idul adha…”(HR. Al Bukhari & Muslim)
22. puasa sunah 6 hari
Dari Abu
Ayyub radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadlan, kemudian diikuti puasa
enam hari bulan Syawal maka itulah puasa satu tahun.” (HR. Ahmad & Muslim).
Tata cara puasa 6 hari bulan Syawal
adala sebagai berikut menurut para ulama
Ulama
berselisih pendapat tentang tata cara yang paling baik dalam melaksanakan puasa
6 hari di bulan Syawal:
Pendapat
pertama, dianjurkan untuk menjalankan puasa syawal secara berturut-turut, sejak
awal bulan. Ini adalah pendapat Imam Syafi’i dan Ibnul Mubarok. Pendapat ini
didasari sebuah hadis, namun hadisnya lemah.
Pendapat
kedua, tidak ada beda dalam keutamaan, antara dilakukan secara berturut-turut
dengan dilakukan secara terpisah-pisah. Ini adalah pendapat Imam Waki’ dan Imam
Ahmad.
Pendapat
ketiga, tidak boleh melaksanakan puasa persis setelah idul fitri. Karena itu
adalah hari makan dan minum. Namun sebaiknya puasanya dilakukan sekitar tengah bulan.
Ini adalah pendapat Ma’mar, Abdurrazaq, dan diriwayatkan dari Atha’. (Lathaiful
Ma’arif, hlm. 244)
33. i’tikaf
Dianjurkan
bagi orang yang terbiasa melakukan i’tikaf, kemudian karena satu dan lain hal,
dia tidak bisa melaksanakan i’tikaf di bulan Ramadlan maka dianjurkan untuk
melaksanakannya di bulan Syawal, sebagai bentuk qadla sunnah.
Dari
A’isyah, beliau menceritakan i’tikafnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian di pagi harinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melihat ada banyak kemah para istrinya. Beliau bertanya:
Apa-apaan ini? Setelah diberi tahu, beliau bersabda kepada para istrinya:
“Apakah kalian menganggap ini baik?” kemudian beliau tidak i’tikaf di bulan
itu, dan beliau i’tikaf pada sepuluh hari di bulan Syawal.” (HR. Al Bukhari
& Muslim)
Abu
Thayib abadi mengatakan,”I’tikaf beliau di bulan Syawal sebagai ganti (qadla)
untuk i’tikaf bulan Ramadlan yang beliau tinggalkan…”(Aunul Ma’bud-syarah Abu
Daud, 7/99)
4.
melaksanakan niat untuk memulai hidup
berumah tangga
A’isyah radliallahu
‘anha mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku
di bulan Syawal, dan beliau tinggal satu rumah (campur) denganku juga di bulan
Syawal. Siapakah diantara istri beliau yang lebih beruntung dari pada aku.
A’isyah suka jika wanita dinikahi bulan Syawal.” (HR. Ahmad & Muslim)
An Nawawi
mengatakan, “Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk menikah dan membangun rumah
tangga (campur) di bulan Syawal. Para ulama madzhab kami (syafi’iyah)
menegaskan anjuran hal ini. Mereka berdalil dengan hadis ini…”(Dikutip dari
Tuhfatul Ahwadzi, 4/ 182)
Diantara
hikmah dianjurkannya menikah di bulan Syawal adalah menyelisihi keyakinan dan
kebiasaan masyarakat jahiliyah.
Imam An Nawawi mengatakan, “Tujuan A’isyah menceritakan hal ini adalah dalam
rangka membantah anggapan jahiliyah dan keyakinan tahayul orang awam di
zamannya. Mereka membenci acara pernikahan di bulan syawal, karena diyakini
membawa sial. Ini adalah keyakinan yang salah, tidak memilliki landasan, dan
termasuk kebiasaan jahiliyah, dimana mereka beranggapan sial dengan bulan
syawal…”(Dikutip dari Tuhfatul Ahwadzi, 4/ 182)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar