Senin, 14 September 2020

Annisa dalam MoDe


 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,halo sobat Nuansa :)

Pada postingan kali ini penulis kembali dengan program kerja departemen Annisa Nuansa yang tidak kalah kerennya dari Tabligh Akbar Syiar di postingan sebelumnya. Dinamakan MoDe(Moeslimah Idea) merupakan event lomba yang disasarkan ke Mahasiswa Muslim wanita Fakultas Sains dan Matematika. Lomba ini memiliki 2 kategori yaitu Essay kemuslimahan dan The Story of Dakwah.

MoDe sendiri sudah mengumumkan pemenangnya. Yaitu Karina Febriani untuk kategori essay kemuslimahan dan Yuni Nurul Faiza untuk kategori The Story of Dakwah. Selamat untuk para pemenang πŸ‘. Sebagai bentuk apresiasi kami atas karya para pemenang karena itu kami akan melampirkan karya mereka. Let's read it guys,Monggo dibaca πŸ˜πŸ™.

Kategori Essay Kemuslimahan oleh Karina Febriani

Muslimah Madani Berakhlak Qurani Pencetak Generasi Rabbani Era Globalisasi

Muslimah adalah tiang peradaban yang mencetak generasi rabbani. Muslimah adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Generasi yang cerdas terlahir dari bimbingan ibu yang cerdas pula. Di era globalsasi ini, muslimah harus bersungguh-sungguh dalam membangung karakter diri baik secara lahir maupun batin. Menyiapkan ilmu spiritual dalam era globalisasi dengan perkembangan system teknologi yang semakin canggih sangat dibutuhkan dalam melawan tantangan-tantangan hidup seperti lingkungan dan gaya hidup. Karena musuh yang dihadapi sekarang bukan musuh kekerasan tetapi musuh pemikiran. Kita sebagai muslimah harus cerdas bagaimana menata kehidupan di era milenial ini agar selamat di dunia maupun di akhirat nanti.

Muslimah harus mampu berperan dalam mewujudkan masyarakat madani. Kehidupan masyarakat madani dicontohkan ketika Madinah dibawah kepemimpinan Rasulullah. Dimana orang yang berbeda-beda latar belakang dapat hidup berdampingan dan memporoleh hak yang sama dalam negara. Ukuwah yang terjalin saat itu sangat erat. Ketika masyarakat madani belum terwujud maka generasi bangsa akan terkontaminasi dengan moral yang buruk. Cara yang dilakukan dapat berupa mingisi acara-acara seminar, pengabdian dengan membentuk desa binaan, dan membangun ketrampilan atau keahlian dalam kewirausahaan. Dengan hidup ditengah masyarakat madani maka akan sangat mendukung sekali untuk membentuk generasi rabbani. Generasi rabbani adalah generasi emas umat islam, generasi yang menjadi telatan secara duniawi tetapi juga unggul pada sisi ketakwaannya.

Di era ini ada beberapa tantangan muslimah, salah satunya yaitu di bidang fashion. Di era sekarang tidak sedikit dari wanita yang tabarruj. Menurut Imam Bukhari tabarruj adalah memperlihatkan kecantikan atau keindahan diri seorang wanita. Contoh tabarruj yaitu memakai pakaian yang terlalu ketat, mengenakan jilbab yang menerawang, memakai pakaian tipis, dan menampakan bentuk tubuh. Bahkan berpakaian syariat tetapi bukan diniatkan karena Allah, melainkan ingin dipuji termasuk tabarruj. Akibat dari tabarruj dapat mendatangkan laknat Allah dan termasuk dosa besar. Dalam islam setiap wanita diperintahkan untuk memakai hijab yang menjulur kebawah . Adapun perintah berhijab itu sendiri terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Fungsi hijab itu sendiri adalah untuk pelindung diri bukan untuk berhias. Islam sangat mengagungkan wanita, oleh karena itu Allah memberikan beragam aturan yang bertujuan untuk menjaga kehormatannya. Sudah sepatutnya kita menjadi muslimah taat agar terhindar dari bahaya-bahaya yang akan menimpa karena kesalahan kita sendiri.

Sebagai muslimah selain cerdas juga harus berakhlak mulia, mampu menjaga kehormatannya, dan berpegang teguh pada Al-Qur’an. Akhlaq Qurani yaitu menganjurkan berbuat baik dan juga menjaga kebaikan itu dari proses penghancuran. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang artinya ”kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (Q.S Ali-Imran:110) Akhlak yang wajib dicontoh seorang muslimah yaitu akhlak Rasulullah karena beliau adalah manusia yang sempurna dan mempunyai pribadi Qurani. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung.” Akhlak tersebut tentunya harus diteladani dan diamalkan di kehidupan sehari-hari. Hal yang mendasar untuk berakhlak Qurani adalah menyadari siapa dirinya, darimana dirinya berasal, akhir perjalanan hidupnya, dan tujuan dihidupkannya di bumi.

Menjadi muslimah yang menginspirasi merupakan keinginan setiap muslimah. Seperti Khadijah seorang pengusaha wanita terhormat, mengorbankan kekayaannya untuk diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang saat itu sedang berjuang menegakkan islam. Muslimah yang cerdas dan menginspirasi tentu akan berprestasi. Tidak selamannya prestasi berwujud suatu piagam penghargaan tetapi prestasi yang sesungguhnya adalah mendapat ridho Allah SWT. Jika memiliki bakat berbisnis maka berbisnislah sesuai aturan Rasulullah. Jika ahli di bidang sastra maka buatlah karya-karya yang mengajak kebaikan. Jika ahli di bidang ilmiah buatlah penemuan dan riset yang bermanfaat bagi sekitarnya. Jika mempunyai hobi traveling ajaklah orang-orang untuk bersyukur atas kuasa Allah SWT lewat foto-foto alam. Jika hobi design buatlah design dakwah yang meanarik. Muslima yang menginspirasi adalah muslimah yang dapat menebarkan kebermanfaatan ilmunya, bukan untuk diri sendiri tetapi juga orag lain.

Muslimah yang dibutuhkan di era globalisasi ini adalah muslimah yang cerdas berakhlak mulia, mengamalkan ilmunya untuk orang lain, semangat berkarya dan menebarkan kebaikan dimanapun ia berada.muslimah yang seperti ini sangatlah berperan dalam proses peradaban islam. Dengan ilmu pengetahuannya dapat berdakwah mengajak kebaikan, dengan akhlaknya yang mulia dapat membimbing anak-anaknya menjadi generasi rabbani berakhlak Qurani.

Kategori The Story of My Hijrah dari Yuni Nurul Faiza

The Story of My Hijrah

Siapa sih yang tidak pernah mengalami perjalanan hijrah yang sulit ? Tentu para perempuan-perempuan yang memutuskan untuk pergi ke jalan Allah swt akan merasakan sulitnya

perjuangan itu. Salah satunya aku.

Mengumbar aurat, memakai pakaian ketat yang membiarkan lekuk tubuhku terlihat, bahkan

memakai rok di atas lutut pun aku pernah. Tidak hanya itu, rambut panjang seorang wanita

yang seharusnya ditutupi agar tidak terlihat oleh yang bukan mahrom nya pun aku biarkan

begitu saja. Dulu aku memakai jilbab hanya sekedar ketika akan pergi ke sekolah.

Lalu sholat, sholatku bisa dihitung detik dan hanya sekedar menggugurkan kewajiban.

Takbir, ruku’, sujud, salam “sesimple” itu. Bacaan sholat bahkan surat Al fatihah yang mana

menjadi syarat diterimanya sholat pun tidak pernah aku perhatikan makharijul hurufnya

apalagi tajwidnya. Allah swt memerintahkan hambanya untuk sholat 5 waktu saja masih

sering aku lalaikan.

Dalam membaca quran pun sama. Tidak sampai satu halaman, sudah. Itu pun makhraj dan

hukum bacaannya aku sepelekan. Padahal aku tahu kalau pahala membaca quran itu sangat

luar biasa.

Ada satu lagi hal yang membuat aku menyesal sampai saat ini, yaitu “Birrul walidain”.

Suatu ketika aku pernah membuat kesalahan yang membuat ibu ku menangis. Itu murni

kesalahanku dan kebodohanku. Sering marah, melawan orang tua bahkan membentak mereka

pernah aku lakukan.

Kisah hijrahku dimulai ketika aku duduk di bangku kelas 3 SMP. Sebenarnya tidak ada sosok

inspiratif yang membawa pengaruh dalam proses hijrahku. “ Seorang anak perempuan akan

menjadi penghalang api neraka bagi orang tuanya” itu kutipan dari sebuah hadits yang aku

baca dan selalu aku ingat. Dari situ lah aku bertekad kuat untuk memperbaiki akhlak dan

imanku. Aku memutuskan untuk menutup kepalaku yang semula aku biarkan begitu saja

dilihat orang lain dengan jilbab.

Tapi jalan kebenaran tak akan selamanya sunyi, ada ujian yang datang melanda, ada

perangkap menunggu mangsa. Kata tersebut relevan dengan keputusanku untuk berjilbab.

Bermula dari orang tua ku yang tidak mengizinkan aku berjilbab. Itu karena budaya yangtumbuh di lingkunganku memang menganggap aneh apabila seorang muslimah memakai

jilbab ketika keluar rumah. Di situ aku bingung, di satu sisi aku harus berbakti pada orang

tua, tapi disisi lain aku sudah baligh dan harus memenuhi perintah-perintah islam.

Aku tidak ingin menjadi manusia yang berputus asa untuk menegakkan kebenaran sekalipun

itu pada orang tua sendiri. Berbagai alasan aku sampaikan ke ayah dan ibu agar mereka dapat

mengerti apa tujuanku berjilbab.

Tidak cukup satu atau dua hari untuk ku beradaptasi dengan penampilanku yang baru. Tapi

ku sadari bahwa itu yang namanya sebuah proses. Apalagi proses untuk menyempurnakan

keimanan kepada Sang Khaliq yang memang berat untuk dilalui.

Kini aku bersyukur, sampai detik ini aku tidak melepas jilbabku kepada yang bukan mahrom.

Meskipun masih banyak hal yang harus aku sempurnakan, baik dalam berjilbab itu sendiri,

dalam ibadah, dan akhlak ku yang lain untuk menjadi sebaik-baiknya manusia. Tapi yang ku

yakini bahwa Allah swt akan memudahkan jalan bagi hambanya yang akan menuju

kebenaran.

Sebelum aku berjilbab sebenarnya aku sudah merasa “risih” dengan penampilanku saat itu.

Kemudian setelah hijrahku ini, sungguh luar biasa ketenangan hati yang aku dapatkan.

Saat ini aku menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro, Semarang. Bukan lagi

menjadi seorang siswa melainkan mahasiswa yang akan mencetak perubahan – perubahan

baru untuk Indonesia. Jauh dari orang tua sudah pasti. Tinggal di kota orang memang perlu

adaptasi. Namun, dengan penampilanku saat ini aku tidak lagi khawatir dengan adanya

kejahatan-kejahataan. Karena dengan menutup aurat sedikit meminimalisir tindak kejahatan

terhadap wanita.

Terlebih lagi aku bersyukur karena aku dipertemukan dengan teman-teman yang sama-sama

berjalan menuju jalan Allah swt. Ditengah perantauan peran seorang teman memang sangat

dibutuhkan. Mereka bisa menjadi pengingat ketika aku secara tidak sadar melakukan hal

yang melenceng dari aturan Allah swt. Aku niatkan kuliah tidak hanya belajar materi-materi

dunia tapi juga ilmu-ilmu akhirat.

Itulah cerita dari proses hijrahku. Aku selalu berdoa semoga Allah swt selalu memberikan

keistiqomahan pada diriku. 

Minggu, 13 September 2020

Sepertiga Malam Dari Syiar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,halo semuanya :)

Pada hari Minggu,13 September 2020 sekitar pukul 13.00 telah dilaksanakan kajian Tabligh Akbar oleh Nuansa. Tabligh Akbar 2020 berbeda dengan tahun sebelumnya sebab dilaksanakan secara daring. 

Tabligh Akbar 2020 mengangkat tema Sepertiga Malam dengan pembicara Bapak M.Hasib Ardani,S.Kp.,M.Kes. Dalam kajian membahas tentang keutamaan,manfaat dari ibadah di waktu sepertiga malam. Bahwa dalam waktu sepertiga malam manusia yang melakukan ibadah cukup terbatas sehingga pada waktu sepertiga malam merupakan waktu spesial buat kita yang mencari ridho Nya. Pada sepertiga malam,bisa menjadi waktu memohon ampunan kepada Allah SWT,memohon bimbingan-Nya atas keputusan yang akan diambil,mencurahkan segala kegundahan hati kepada Allah Swt serta memohon agar di mudahkan urusan dunia dan akhirat kita.

Kemudian, Menanggapi konsistensi dalam beribadah di sepertiga malam. Seharusnya kita harus membiasakan diri,sedikit-sedikit tetapi rutin dan konsisten. Mungkin tidak harus langsung beribadah secara ekstrim misalnya shalat witir langsung 14 rakaat cukup 2 rakaat saja untuk percobaan pertama tidak masalah asal konsisten .Inshaallah jika sudah merasa terbiasa untuk melaksanakan ibadah sepertiga malam diakhir pasti terasa mudah.

Selanjutnya membahas tentang kebiasaan mengeluh. Mengeluh akan tugas kuliah,organisasi,bahkan tentang uang transferan yang tidak kunjung dikirim. Untuk menyikapi hal itu seharusnya jangan lah membiasakan sifat mengeluh itu.Sebab mengeluh hanya mendatangkan energi negatif. Perlu diingat juga bahwa setiap manusia memiliki kesulitan dan rezeki nya masing-masing tidak bisa diambil rata. Jadi disarankan untuk terus bersyukur. Itulah beberapa cuplikan bahasan dalam Tabligh Akbar 2020.

Kajian ini terlaksana kurang lebih 1,5 jam dan dilaksanakan secara interaktif antara pembicara dan peserta. Yang mana pembicara akan memberikan ceramah seperti kuliah pada umumnya selanjutnya para peserta diizinkan bertanya melalui Moderator. Alhamdulillah,kajian terlaksanakan sesuai dengan jadwal acara.

Selanjutnya,apa saja kah opini dari peserta tabligh akbar tentang kajian ini ?. Berikut kami lampirkan:
1.Menurut aku Tabligh Akbar nya tadi sangat bermanfaat, menambah pengetahuan aku lagi. Yang paling utama aku suka bisa dapet kajian online saat pandemi seperti ini. (Berliana,Statistika 2020)
2.kalo dari aku pribadi si manfaat banget yah jadi nambah pengetahuan.acaranya dan materinya juga seru.mungkin dari estimasi waktunya kurang lama(Mita Septiana FPIK)

MENTORING UMUM BERSAMA NUANSA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Halo Sobat Nuansa😊 Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang kegiatan Mentoring ...