Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,halo sobat Nuansa :)
Pada postingan kali ini penulis kembali dengan program kerja departemen Annisa Nuansa yang tidak kalah kerennya dari Tabligh Akbar Syiar di postingan sebelumnya. Dinamakan MoDe(Moeslimah Idea) merupakan event lomba yang disasarkan ke Mahasiswa Muslim wanita Fakultas Sains dan Matematika. Lomba ini memiliki 2 kategori yaitu Essay kemuslimahan dan The Story of Dakwah.
MoDe sendiri sudah mengumumkan pemenangnya. Yaitu Karina Febriani untuk kategori essay kemuslimahan dan Yuni Nurul Faiza untuk kategori The Story of Dakwah. Selamat untuk para pemenang π. Sebagai bentuk apresiasi kami atas karya para pemenang karena itu kami akan melampirkan karya mereka. Let's read it guys,Monggo dibaca ππ.
Kategori Essay Kemuslimahan oleh Karina Febriani
Muslimah Madani Berakhlak Qurani Pencetak Generasi Rabbani Era Globalisasi
Muslimah adalah tiang peradaban yang mencetak generasi rabbani. Muslimah adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Generasi yang cerdas terlahir dari bimbingan ibu yang cerdas pula. Di era globalsasi ini, muslimah harus bersungguh-sungguh dalam membangung karakter diri baik secara lahir maupun batin. Menyiapkan ilmu spiritual dalam era globalisasi dengan perkembangan system teknologi yang semakin canggih sangat dibutuhkan dalam melawan tantangan-tantangan hidup seperti lingkungan dan gaya hidup. Karena musuh yang dihadapi sekarang bukan musuh kekerasan tetapi musuh pemikiran. Kita sebagai muslimah harus cerdas bagaimana menata kehidupan di era milenial ini agar selamat di dunia maupun di akhirat nanti.
Muslimah harus mampu berperan dalam mewujudkan masyarakat madani. Kehidupan masyarakat madani dicontohkan ketika Madinah dibawah kepemimpinan Rasulullah. Dimana orang yang berbeda-beda latar belakang dapat hidup berdampingan dan memporoleh hak yang sama dalam negara. Ukuwah yang terjalin saat itu sangat erat. Ketika masyarakat madani belum terwujud maka generasi bangsa akan terkontaminasi dengan moral yang buruk. Cara yang dilakukan dapat berupa mingisi acara-acara seminar, pengabdian dengan membentuk desa binaan, dan membangun ketrampilan atau keahlian dalam kewirausahaan. Dengan hidup ditengah masyarakat madani maka akan sangat mendukung sekali untuk membentuk generasi rabbani. Generasi rabbani adalah generasi emas umat islam, generasi yang menjadi telatan secara duniawi tetapi juga unggul pada sisi ketakwaannya.
Di era ini ada beberapa tantangan muslimah, salah satunya yaitu di bidang fashion. Di era sekarang tidak sedikit dari wanita yang tabarruj. Menurut Imam Bukhari tabarruj adalah memperlihatkan kecantikan atau keindahan diri seorang wanita. Contoh tabarruj yaitu memakai pakaian yang terlalu ketat, mengenakan jilbab yang menerawang, memakai pakaian tipis, dan menampakan bentuk tubuh. Bahkan berpakaian syariat tetapi bukan diniatkan karena Allah, melainkan ingin dipuji termasuk tabarruj. Akibat dari tabarruj dapat mendatangkan laknat Allah dan termasuk dosa besar. Dalam islam setiap wanita diperintahkan untuk memakai hijab yang menjulur kebawah . Adapun perintah berhijab itu sendiri terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Fungsi hijab itu sendiri adalah untuk pelindung diri bukan untuk berhias. Islam sangat mengagungkan wanita, oleh karena itu Allah memberikan beragam aturan yang bertujuan untuk menjaga kehormatannya. Sudah sepatutnya kita menjadi muslimah taat agar terhindar dari bahaya-bahaya yang akan menimpa karena kesalahan kita sendiri.
Sebagai muslimah selain cerdas juga harus berakhlak mulia, mampu menjaga kehormatannya, dan berpegang teguh pada Al-Qur’an. Akhlaq Qurani yaitu menganjurkan berbuat baik dan juga menjaga kebaikan itu dari proses penghancuran. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang artinya ”kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (Q.S Ali-Imran:110) Akhlak yang wajib dicontoh seorang muslimah yaitu akhlak Rasulullah karena beliau adalah manusia yang sempurna dan mempunyai pribadi Qurani. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung.” Akhlak tersebut tentunya harus diteladani dan diamalkan di kehidupan sehari-hari. Hal yang mendasar untuk berakhlak Qurani adalah menyadari siapa dirinya, darimana dirinya berasal, akhir perjalanan hidupnya, dan tujuan dihidupkannya di bumi.
Menjadi muslimah yang menginspirasi merupakan keinginan setiap muslimah. Seperti Khadijah seorang pengusaha wanita terhormat, mengorbankan kekayaannya untuk diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang saat itu sedang berjuang menegakkan islam. Muslimah yang cerdas dan menginspirasi tentu akan berprestasi. Tidak selamannya prestasi berwujud suatu piagam penghargaan tetapi prestasi yang sesungguhnya adalah mendapat ridho Allah SWT. Jika memiliki bakat berbisnis maka berbisnislah sesuai aturan Rasulullah. Jika ahli di bidang sastra maka buatlah karya-karya yang mengajak kebaikan. Jika ahli di bidang ilmiah buatlah penemuan dan riset yang bermanfaat bagi sekitarnya. Jika mempunyai hobi traveling ajaklah orang-orang untuk bersyukur atas kuasa Allah SWT lewat foto-foto alam. Jika hobi design buatlah design dakwah yang meanarik. Muslima yang menginspirasi adalah muslimah yang dapat menebarkan kebermanfaatan ilmunya, bukan untuk diri sendiri tetapi juga orag lain.
Muslimah yang dibutuhkan di era globalisasi ini adalah muslimah yang cerdas berakhlak mulia, mengamalkan ilmunya untuk orang lain, semangat berkarya dan menebarkan kebaikan dimanapun ia berada.muslimah yang seperti ini sangatlah berperan dalam proses peradaban islam. Dengan ilmu pengetahuannya dapat berdakwah mengajak kebaikan, dengan akhlaknya yang mulia dapat membimbing anak-anaknya menjadi generasi rabbani berakhlak Qurani.
Kategori The Story of My Hijrah dari Yuni Nurul Faiza
The Story of My Hijrah
Siapa sih yang tidak pernah mengalami perjalanan hijrah yang sulit ? Tentu para perempuan-perempuan yang memutuskan untuk pergi ke jalan Allah swt akan merasakan sulitnya
perjuangan itu. Salah satunya aku.
Mengumbar aurat, memakai pakaian ketat yang membiarkan lekuk tubuhku terlihat, bahkan
memakai rok di atas lutut pun aku pernah. Tidak hanya itu, rambut panjang seorang wanita
yang seharusnya ditutupi agar tidak terlihat oleh yang bukan mahrom nya pun aku biarkan
begitu saja. Dulu aku memakai jilbab hanya sekedar ketika akan pergi ke sekolah.
Lalu sholat, sholatku bisa dihitung detik dan hanya sekedar menggugurkan kewajiban.
Takbir, ruku’, sujud, salam “sesimple” itu. Bacaan sholat bahkan surat Al fatihah yang mana
menjadi syarat diterimanya sholat pun tidak pernah aku perhatikan makharijul hurufnya
apalagi tajwidnya. Allah swt memerintahkan hambanya untuk sholat 5 waktu saja masih
sering aku lalaikan.
Dalam membaca quran pun sama. Tidak sampai satu halaman, sudah. Itu pun makhraj dan
hukum bacaannya aku sepelekan. Padahal aku tahu kalau pahala membaca quran itu sangat
luar biasa.
Ada satu lagi hal yang membuat aku menyesal sampai saat ini, yaitu “Birrul walidain”.
Suatu ketika aku pernah membuat kesalahan yang membuat ibu ku menangis. Itu murni
kesalahanku dan kebodohanku. Sering marah, melawan orang tua bahkan membentak mereka
pernah aku lakukan.
Kisah hijrahku dimulai ketika aku duduk di bangku kelas 3 SMP. Sebenarnya tidak ada sosok
inspiratif yang membawa pengaruh dalam proses hijrahku. “ Seorang anak perempuan akan
menjadi penghalang api neraka bagi orang tuanya” itu kutipan dari sebuah hadits yang aku
baca dan selalu aku ingat. Dari situ lah aku bertekad kuat untuk memperbaiki akhlak dan
imanku. Aku memutuskan untuk menutup kepalaku yang semula aku biarkan begitu saja
dilihat orang lain dengan jilbab.
Tapi jalan kebenaran tak akan selamanya sunyi, ada ujian yang datang melanda, ada
perangkap menunggu mangsa. Kata tersebut relevan dengan keputusanku untuk berjilbab.
Bermula dari orang tua ku yang tidak mengizinkan aku berjilbab. Itu karena budaya yangtumbuh di lingkunganku memang menganggap aneh apabila seorang muslimah memakai
jilbab ketika keluar rumah. Di situ aku bingung, di satu sisi aku harus berbakti pada orang
tua, tapi disisi lain aku sudah baligh dan harus memenuhi perintah-perintah islam.
Aku tidak ingin menjadi manusia yang berputus asa untuk menegakkan kebenaran sekalipun
itu pada orang tua sendiri. Berbagai alasan aku sampaikan ke ayah dan ibu agar mereka dapat
mengerti apa tujuanku berjilbab.
Tidak cukup satu atau dua hari untuk ku beradaptasi dengan penampilanku yang baru. Tapi
ku sadari bahwa itu yang namanya sebuah proses. Apalagi proses untuk menyempurnakan
keimanan kepada Sang Khaliq yang memang berat untuk dilalui.
Kini aku bersyukur, sampai detik ini aku tidak melepas jilbabku kepada yang bukan mahrom.
Meskipun masih banyak hal yang harus aku sempurnakan, baik dalam berjilbab itu sendiri,
dalam ibadah, dan akhlak ku yang lain untuk menjadi sebaik-baiknya manusia. Tapi yang ku
yakini bahwa Allah swt akan memudahkan jalan bagi hambanya yang akan menuju
kebenaran.
Sebelum aku berjilbab sebenarnya aku sudah merasa “risih” dengan penampilanku saat itu.
Kemudian setelah hijrahku ini, sungguh luar biasa ketenangan hati yang aku dapatkan.
Saat ini aku menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro, Semarang. Bukan lagi
menjadi seorang siswa melainkan mahasiswa yang akan mencetak perubahan – perubahan
baru untuk Indonesia. Jauh dari orang tua sudah pasti. Tinggal di kota orang memang perlu
adaptasi. Namun, dengan penampilanku saat ini aku tidak lagi khawatir dengan adanya
kejahatan-kejahataan. Karena dengan menutup aurat sedikit meminimalisir tindak kejahatan
terhadap wanita.
Terlebih lagi aku bersyukur karena aku dipertemukan dengan teman-teman yang sama-sama
berjalan menuju jalan Allah swt. Ditengah perantauan peran seorang teman memang sangat
dibutuhkan. Mereka bisa menjadi pengingat ketika aku secara tidak sadar melakukan hal
yang melenceng dari aturan Allah swt. Aku niatkan kuliah tidak hanya belajar materi-materi
dunia tapi juga ilmu-ilmu akhirat.
Itulah cerita dari proses hijrahku. Aku selalu berdoa semoga Allah swt selalu memberikan
keistiqomahan pada diriku.