Selasa, 18 Oktober 2016

Berdakwah Dalam Islam



“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Qs An Nahl: 125)
Ayat ini berisi panduan khusus mengenal bagaimana berdakwah yang cerdas. Sekalipun berdakwah kepada Allah merupakan amal shalih, tetapi seorang aktivitas dakwah dalam mengerjakan tugasnya tidak boleh asal-asalan. Sekedar bermodalkan keyakinan bahwa Allah pasti menolongnya. Tidak, tidak demikian seharusnya sorang aktivis dakwah. Aktivis dakwah harus cerdas dalam menjalankan tuganya. Sebab, kerja dakwah bukan pekerjaan biasa. Ia pekerjaan yang sangat mulia, menuntut perhatian khusus dan cara penyampaian yang kreatif. Jika tidak, dakwah akan berjalan di tempat. Namanya saja dakwah, sementara pengaruhnya sangat tumpul.
Benra, berdakwah kepada Allah merupakan perkerjaan yang sangat mulia. Sebab, yang memerintahkannya adalah Allah yang Maha Agung. Perhatikan kata ud’u ilaa sabili rabbika (serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-MU), ini menunjukkan bahwa tugas dakwah datang dari Allah Swt, sebagai bukti pentingnya tugas tersebut Rasulullah Saw yang menerima tugas ini telah melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Seluruh hidupnya bila kita pelajari secara mendalam, tidak lebih dari cerminan dakwah kepada Allah. Setelah Rasulullah wafat tugas ini secara otomatis dioper alih kepada umatnya. Karena Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs Ali Imran: 110)
Tidak bisa dipungkiri bahwa berdakwah di jalan Allah pasti akan berhadapan dengan tantangan yang sangat berat. Renungkan kata ilaa sabili rabbika disini anda akan mendapatkan kesan bahwa tugas utama manusia sebenarnya adalah mengikuti jalan Allah. Tetapi karena setan bekerja keras untuk membuat manusia tergelincir, akhirnya banyak dari manusia yang keluar dari jalana Allah. Seorang aktivis dakwah yang cerdas hendaknya senantiasa berusaha untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Untuk ini sangat dibutuhkan langkah-langkah cerdas. Al Qur’an sebagaimana pada ayat di atas mengajarkan tiga langkah, dengannya dakwah akan menjadi efektif di mananapun disampaikan.
Berdakwah Dengan Hikmah
Hikmah menurut banyak ahli tafsir adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil.Di dalam kata hikmah terkandung makna kokoh. Allah berfirman:kitaabun uhkimat aayaatuhu. Dikatakan kepada sebuah bangunan yang kokoh albinaa’ul muhkam. Bila kata hikmah digandengkan dengan dakwah maksudnya disini adalah bahwa dakwah tersebut dilakukan dengan sunguh-sungguh, tidak pernah kandas di tengah jalan. Ia terus berjalan dalam kondisi apapun. Aktivitasnya tidak pernah kenal lelah. Segala kemungkinan yang bisa diterobos demi tagaknya kebenaran ditempuhnya dengan  lapang dada.
Didalam kata hikmah juga terkandung makna bijak (wisdom). Dakwah yang bijak menurut Ustadz Sayyid Qhutub adalah memperhatikan situasi dan kondisi dari para mad’u (objek dakwah). Sejauh mana kemampuan daya serap yang mereka miliki. Jangan sampai tugas-tugas yang diberikan diluar kemampuan si mad’u. sebab, kesiapan jiwa masing-masing mad’u berbeda-beda. Diupayakan setiap satuan tugas yang diberikan sejalan dengan kapasitas intelektual dan spritualitas mereka (lihat fii dzilaalil Quran, Sayyid Qhutub vol.4, hal.2202). Perhatikan bagaimana Allah menurunkan Al Qur’an tidak sekaligus, melainkan secara bertahap dalam berbagai kondisi: pertama kali mengenai ayat-ayat keimanan. Karenanya surat-surat periode Mekkah lebih terkonsentrasi kepada masalah keimanan. Baru setelah hijrah ke Medinah, di mana iman para sahabat telah kokoh, Allah turunkan ayat-ayat tentang syari’at.
Siti A’isyah r.a pernah mengomentari masalah ini dengan sangat mengagumkan, bahwa sesungguhnya yang pertama kali Allah turunkan adalah ayat-ayat mengenai Iman kepada Allah Swt. Baru setelah para sahabat kuat, diturunkan ayat-ayat tentang halal dan haram. Lalu Aisyah berkata : Seandainya yang pertama kali Allah turunkan adalah larangan: jangan engkau meminum khamer, niscaya mereka akan menjawab: kami tidak akan meninggalkan  khamer selamanya. Dan seandainya yang pertama kali Allah turunkan adalah larangan: jangan engkau berzina, niscaya mereka akan menjawabnya: kami tidak akan meninggalkan zina selamanya. (HR Bukhari no. 4609)
Dalam rangka ini pula ayat-ayat mengenal larangan minum khamer tidak langsung sekaligus, melainkan melalui empat tahap: Tahap pertama Allah memberikan isyarat bahwa barang-barang yang memabukkan itu bukan rezeki yang baik: “Dan dari buah korma dan anggur., kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki  yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkannya.” (Qs. An Nahl: 67). Pada tahap kedua, Allah berfirman: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah; “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu berpikir. (QS Al Baqarah: 219). Di sini Allah menerangkan bahwa khamer itu sebenarnya berbahaya besar. Kalaupun ada manfaatnya, itu hanya dari segi perdagangan saja, sementara bagi kesehatan ia sangat membahayakan.
Tahap ketiga, Allah melarang seseorang yang mabuk karena khamer untuk melakukan shalat, tetapi minum khamernya masih belum dilarang. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.”(Qs Annisa: 43). Di dalam ayat ini secara tidak langsung terkandung pengharaman minum khamer. Tetapi masih belum ditegaskan. Baru setelah tahapan itu senua, pada tahap keempat, Allah menegaskan bahwa khamer haram hukumnya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.(Qs Almaidah: 90-91)
Jelas sekali bahwa metodologi Al Qur’an dalam mengembalikan manusia ketitik fitrahnya sungguh sangat bijak. Demikian juga seorang aktivis dakwah yang cerdas, dia selalu berjalan sebagaimana tuntutan Al Qur’an. Maka ia tidak memaksakan kehendak dengan cara mencaci  maki dan menjelek-jelekkan orang lain yang tidak mau bergerak dalam satu fikrah (baca: visi dan misi perjuangan). Dia selalu tenang, sekalipun dicaci- maki  ataupun dijelek-jelekan. Baginya berdakwah dijalan Allah adalah kemuliaan. Tetapi dengan syarat ilmu yang ia dakwahkan harus benar, bukan asal dakwah. Sebab diantara mana hikmah – menurut Ibn Abbas- adalah ilmu tentang Al Qur’an (lihat mufradat alfadzil Qur’an, Ar Raghib Al Ashfahani, h.250). Jadi, tidak cukup jika hanyabermodalkan semangat, smentra pemikiran yang dianutnya salah. Karenanya Allah berfirman: “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Qs Yusuf; 108). Jadi tidak disebut hikmah – sekalipun ia tenang dan bijak- jika ia mengajak kepada kesesatan dan permusuhan terhadap umat Islam yang lain.
Berdakwah Dengan Mau’idzah Hasanah
Kata wa’dz lebih dekat pengertiannya kepada makna memberikan nasehat atau pelajaran. Imam Al-Asfahani menerangkan bahwa wa’dz bermakna zajrun muqatrinum bit takhawif (peringatan digabung dengan kabar penakut). Pengertian lain menjelaskan behwa wa’dz juga bermakna peringatan dengan kebaikan yang bisa menyenyuh hati. Dalam Al Qur’an banyak ayat-ayat yang menggunakan kata wa’dz untuk makna tersebut, diantaranya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran(Qs An Nahl: 90). Dalam surat Yunus 57: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dalam surat Ali Imran 138: “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ketika di gabung dengan sifat hasanah, maka makna mau’idzah hasanah menjadi pelajaran atau nasihat yang baik. Nasihat yang menyentuh hati dan melembutkannya. Seorang aktivis dakwah yang cerdas selslu menyampaikan apa yang ada di hatinya. Tidak dibuat-buat, dan tidak pula mebuat orang-orang semakin bingung dan ketakutan. Banyak sekali contoh-contoh yang menumjukkan bahwa berdakwah dengan dari hati kehati sangat bear pengaruhnya terhadap orang lain. Sebuah ungakapan terkenal menarik untuk dikutip disini bahwa: “apa yang datang dari hati akan sampai kehati (maa jaa’a minal qalbi yashilu ilal qalbi).
Bila kita telusuri secara mendalam. Al Quran selalu menggunakan cara ini dalam menyampaikan kebenaran. Hal ini sangat jelas mengenai umat terdahulu selalu memberikan pelajaran yang sangat mahal bagi umat manusia. Allah Swt tak pernah bosan-bosan mengulang kisah kaum “Aad, Tsamud dan Fir’aun, supaya manusia yang hidup sesudahnya tidak mengkuti perbuatan. Tidak hanya itu, mengenai hari kiamat, surga dan neraka, selau Allah ulang-ulang dalam setiap surat-surat Al Qur’an . Itu tidak lain agar manusia terketuk hatinya lalu bergerak mengisi usianya dengan amal shalih. Perhatikan bagaiamana manusia dari masa kemasa, sehingga banyak banyak dari mereka yang tersadarkan lalu bertaubat dan kembali kejalan yang benar.
Silahkan baca hadits-hadits Rasulullah Saw. Anda kan mendapatkan banyak contoh menganai mau’idzah hasanah yang beliau sampaikan. Bahkan bisa dikatakan bahwa semua hasanah. Rasulullah tidak pernah berpesan kecuali kebaikan dan kebenaran yang mengajak kepadaNya, menjauhi segala laranganNya dan senantiasa menegakkan akhlak mulia dalam kehidupan bermasyarakat dan “tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.” (Qs An Najm: 3)
Berdialog Dengan Cara Yang Lebih baik
Langkah berikutnya adalah wajaadlhum bilatii hiya ahsan. Kata wajadihum (bantahlah) menunjukkan agar seorang aktivitas dakwah senantiasa meluruskan pandangan yang  salah, dan menolak setiap pendapat yang tidak sejalan dengan Al Qur’an dan Sunnah. Tetapi cara menolaknya harus dengan cara yang cerdas, dalam arti lebih baik dari cara mereka billati hiya ahsan. Sebab jika tidak penolakan itu akan menjadi tidak berguna. Bahkan, tidak mustahil akan menyebabkan mereka semakin kokoh dengan kabatilan yang mereka tawarkan.
Simaklah perintah Allah Swt kepada Nabi Musa dan Harun, ketika hendak menghadapi Fir’aun. Di sini Allah Swt mengajarkan sebuah cara yang sangat baik. Allah berfirman: “ Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Qs Thaha: 42-43). Dini nampak bahwa diantara cara efektif untuk meluruskan pemahaman orang lain, adalah tidak cukup hanya dengan hujjah-hujjah yang kuat, melainkan lebih dari itu harus di topang dengan cara penyampaian yang lembut, tidak menghina dan mencerca. Bahkan tidak sedikit kebenaran yang ditolak hanya karena penyampaiannya kurang manarik. Dan beberapa banyak kebatilan yang diterima hanya karena disampaikan dengan tenang. Memukau, meyakinkan, dan menarik hati.
Diantara makna billaatii hiya ahsan adalah ia menjauhi pembicaraan yang merendahkan orang lain. Sebab baginya maksud utama bukan menjatuhkan atau mengalahkan lawan, melainkan mengantarkannya pada kebenaran. Perhatikan Rasulullah Saw ketika suatu hari datang seorang anak muda berkata “Wahai Nabi izinkan aku berzina?” (orang-orang berteriak. Tetapi Rasulullah saw minta agar anak muda tersebut mendekat, sampai duduk di sampingnya). Lalu Rasulullah bertanya, “Jika ada orang mau berzina dengan ibumu, kamu terima?” “Tidak, bahkan aku siap mati karenanya,” jawab anak muda. Rasulullah menjawab, “Demikan juga orang lain. Tidak ada yang rela jika ibunya dizinai. Bagaimana jika ada orang yang mau berzina dengan saudarimu, kamu terima?” Tidak, bahkan aku siap mati karenanya,” jawab anak muda. Rasulullah menjawab, “Demikian juga orang lain. Tidak ada yang rela jika saudarinya dizinai.” Lalu Rasulullah meletakkan tangannya  ke dada anak muda itu, dan berdo’a, “Ya Allah, sucikanlah hatinya, ampunilah dosanya, jagalah kemaluannya.” Maka sejak itu tidak ada yang lebih dibenci oleh anak muda tersebut selain perzinaan.
Supaya para aktivis dakwah  selalu tenang dan tidak emosional dalam menghadapi berbagai tantangan, Allah Swt menutup ayat di atas (Qs An Nahl: 125) dengan penegasan : Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Maksudnya, Allah sebenarnya mengetahui siapa yang sesat dan siapa yang mendapat petunjuk, adapun berdialog dengan mereka itu hanyalah sebuah usaha manusiawi, siapa tahu tersebut berirama dengan ketentuan-Nya. Toh kalaupun ternyata masih belum tercapai target yang diinginkan, segeralah kembali kepada ayat: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Qs Al Qashash: 56). Dalam surat Al Baqarah ayat 272: “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.”

DR. Amir Faishol Fath

Minggu, 11 September 2016

Berkurban saat Idul Adha


Berkurban saat hari raya Idul Adha dianjurkan sangat kepada siapa saja umat muslim yang sudah mampu dalam hal ekonomi.


Dalam sejarahnya, disebutkan dalam Al Qur'an, Allah memberi perintah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim untuk mempersembahkan Ismail.

Disebut dalam Al Qur'an bahwa Ibrahim dan Ismail mematuhi perintah tersebut dan tepat saat Ismail akan disembelih, Allah menggantinya dengan domba.
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash Shaaffaat: 102-107)"


Dari petikan ayat Al Qur'an tersebut, kita dapat menarik tiga ini makna dalam berkurban seperti yang diperlihatkan dari keteguhan serta ketabahan hati yang dimiliki Nabi Ibrahim.



1. Makna berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Berkurban” itu berarti kesunggguhan manusia dengan menyerahkan segalanya kepada Allah Sang Pencipta. Seperti misalnya Nabi Ibrahim yang telah mengikhlaskan Putranya (Nabi Ismail) yang sesungguhnya sangat beliau cintai, dengan perintah Allah maka beliau rela untuk mengurbankan putranya tersebut, hal ini tentunya merupakan wujud dari penyerahan dirinya kepada Allah SWT.



2. Dengan cara berkurban manusia tersebut diajarkan untuk berbagi kepada para mukmin lain, yang pastinya mereka kurang mampu. sepeti misalnya yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa Allah SWT selalu mempunyai alasan yang sangat kuat untuk memerintahkan para hambanya (manusia) untuk berkurban. Dengan adanya kurban ini kaum muslim yang kurang mampu juga ikut merasakan bagaimana indahnya islam dengan adanya hari kurban tersebut.



3. Dengan berkurban keikhlasan dari manusia itu pastinya diuji, diuji dari sifat rakus dan tamak akan harta dunia yang mereka senangi. Kurban itu berarti memberikan apa yang telah kita cintai (duniawi) serta apa yang kita sayangi, dalam hal ini adalah harta yang kita miliki, yakni dengan cara berkurban tersebut.



Adapun untuk manfaat berkurban sendiri,



1. Memupuk rasa empati
Ini adalah salah satu dari 10 manfaat berkurban di hari Idul Adha. Berqurban adalah salah satu amalan kita yang dapat meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama. Apabila kita termasuk orang yang cukup dalam hal harta, hendaknya kita menyisihkan sebagian harta kita untuk berqurban dimana kemudian qurban tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.



2. Melatih diri menjadi orang dermawan
Sikap dermawan merupakan sikap yang baik. Sehingga perlu ditumbuhkan dan dipelihara menjadi sebuah kepribadian. Oleh karenanya, sikap dermawan dapat dilatih dengan berqurban. Harta kita tidak akan habis jika digunakan di jalan Allah, bahkan Allah dapat menambahkannya berkali lipat.



3. Meningkatkan ketaqwaan pada Allah
Perintah untuk berqurban tercantum jelas dalam Al-Qur’an sebagai suatu amalan yang baik. Oleh karena itu, berqurban berarti melakukan apa yang diperintah-Nya sehingga meningkatkan keimanan kita dan menghindarkan diri dari nafsu.



4. Bekal pahala di hari akhir
Apabila kita melakukan qurban dengan ikhlas, semata-mata karena Allah. Maka amalan tersebut akan dicatat oleh malaikat sebagai amalan baik kita. Allah akan membalas kebaikan kita di hari akhir kelak.



5. Membangun solidaritas
Dalam proses qurban, kita akan melakukan penerimaan, penyembelihan, penimbangan, hingga pembagian ke warga. Semua kegiatan ini dilakukan oleh warga sekitar. Sehingga meningkatkan sosialisasi kita untuk saling tolong-menolong satu dengan yang lain. karena kegiatan ini tidak akan mungkin bisa dilakukan hanya untuk satu orang saja.



6. Keberkahan dalam rezeki
Rahasia berkah idul adha adalah menambah rezeki. Rezeki yang kita miliki hendaknya disisihkan sebagian untuk hal kebaikan. Bisa dengan sedekah, zakat, ataupun dengan berqurban ini. Harta kita akan menjadi berkah jika kita menggunakannya di jalan Allah.



7. Menghindarkan diri dari sikap tamak
Dalam melakukan amalan berqurban ini Allah memberikan beberapa syarat yang harus terpenuhi, seperti orang tersebut mampu untuk melakukannya. Banyak orang yang mampu tapi mereka tidak mau untuk berqurban. Namun, apabila kita mampu dan mau menjalankannya. Maka hal ini menunjukkan bahwa kita bukanlah orang yang berorientasi pada harta dunia.



8. Menjaga silarutahmi
Dalam kegiatan berqurban kita akan banyak menjumpai orang lain. Sosialisasi yang dilakukan akan menjaga silaturahmi. Kita akan saling bekerja sama dan berbagi kebahagiaan di idul Adha tersebut.



9. Memenuhi kebutuhan gizi kaum kecil
Manfaat dan keutamaan berkurban di hari idul adha ialah manfaat berikut. Daging mempunyai manfaat gizi yang cukup banyak untuk kesehatan kita. Namun, tidak semua kalangan dapat merasakan atau memakannya, mengingat harga daging yang cukup tinggi. Kalangan bawah sangat jarang untuk bisa memakan daging. Dari berqurban ini akan membagikan daging-daging kepada orang-orang yang membutuhkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka.



10. Memakmurkan masjid
Sebagian besar kegiatan berqurban dilakukan dimasjid. Mulai dari sholat Idul Adha sampai proses penyembelihan yang dilakukan di sekitar masjid. Sehingga masjid akan ramai orang yang sedang melakukan amalan berqurban. Memakmurkan masjid adalah salah satu perintah Allah untuk umat muslim. Oleh karenya, dengan berqurban kita akan sekaligus memakmurkan rumah Allah tersebut.

Sumber : www.harianterbit.com

Sabtu, 10 September 2016

Hukum Berlama-lama di Kamar Mandi dalam Islam

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bercerita bahwa Iblis meminta tempat tinggal kepada Allah SWT seperti halnya Allah SWT memberikan tempat tinggal anak-anak Adam berada di bumi.
‘‘Ya Allah, adam dan keturunannya Engkau beri tempat tinggal di bumi, maka berilah pula aku tempat tinggal,’’ kata iblis.
Allah SWT berfirman; ‘‘Tempat tinggalmu adalah WC (kamar mandi atau jamban),’’ (HR. Bukhari).
Dari situlah kemudian iblis pun menggoda setiap orang yang memasuki rumahnya yang berupa kamar mandi, jamban atau WC.
Godaan iblis macam-macam. Contohnya menggoda manusia agar;
  1. Berlama-lama di dalam kamar mandi.
  2. Bernyanyi atau berkata-kata.
  3. Bermain-main air atau sesuatu yang lain (bawa ipod mendengarkan musik).
  4. Membisiki seseorang supaya kencing sambil berdiri.
  5. Membiarkan baju yang kotor tergantung dalam kamar mandi.
  6. Melupakan seseorang untuk berdoa ketika akan masuk atau keluar dari kamar mandi.
  7. Melakukan hal asusila.
  8. Melakukan Wudlu sambil telanjang.
  9. Mengcoret-coret dinding kamar mandi.
  10. Merencanakan kejahatan.
Maka, hati-hatilah sewaktu dalam WC atau kamar mandi. Dan tips yang baik adalah; lakukan mandi, buang air dll sewajarnya saja, lebih cepat lebih baik. Dan jangan lupa baca doa masuk dan keluar kamar mandi.
Doa masuk kamar mandi:
Allaahumma inni a‛udhu bika minal-khubutsi wal-khabaa’its
Diriwayatkan dari Anas ra, dia berkata: Ketika masuk kamar kecil (WC) Rasulullah Saw membaca doa (yang artinya), “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan”.
Dahulukan kaki kiri ketika hendak masuk kamar mandi dan dahulukan kaki kanan ketika hendak keluar. Dan jangan lupa bersuci.
Wallahu’alam

Sumber: portalrabbani.com

Kamis, 25 Agustus 2016

Keistimewaan Hari Jum'at Dalam Islam


Dalam Islam, kita mempunyai hari yang istimewa dalam deretan 7 hari yang kita kenal. Hari itu adalah hari jum’at. Hari jum’at memang istimewa namun tidak selayaknya kita berlebihan dalam menanggapinya. Dalam artian, kita mengkhususkan dengan ibadah tertentu misalnya puasa tertentu khusus hari Jum’at, tidak boleh pula mengkhususkan bacaan dzikir, do’a dan membaca surat-surat tertentu pada malam dan hari jum’at kecuali yang disyari’atkan.
Nah artikel kali ini, akan menguraikan beberapa keutamaan-keutamaan serta amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari jum’at. Semoga dengan kita memahami keutamaannya, kita bisa lebih bersemangat untuk memaksimalkan dalam melaksanakan amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari itu, dan agar bisa meraih keutamaan-keutamaan tersebut.
Keutamaan Hari Jum’at
1. Hari paling utama di dunia
Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada hari jum’at ini, antara lain:
  • Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissallam dan mewafatkannya.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam dimasukkan ke dalam surga.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam diturunkan dari surga menuju bumi.
  • Hari akan terjadinya kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim)
2. Hari bagi kaum muslimin
Hari jum’at adalah hari berkumpulnya umt Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa dan nasehat-nasehat, serta do’a.
Dari Kuzhaifah dan Rabi’i bin Harrasy radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah menyesatkan orang-orang sebelum kami pada hari jum’at, Yahudi pada hari sabtu, dan Nasrani pada hari ahad, kemudian Allah mendatangkan kami dan memberi petunjuk pada hari jum’at, mereka umat sebelum kami akan menjadi pengikut pada hari kiamat, kami adalah yang terakhir dari penghuni dunia ini dan yang pertama pada hari kiamat yang akan dihakimi sebelum umat yang lain.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
3. Hari yang paling mulia dan merupakan penghulu dari hari-hari
Dari Abu Lubabah bin Ibnu Mundzir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Hari jum’at adalah penghulu hari-hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari jum’at ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari jum’at terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari jum’at juga Adam dimatikan, di hari jum’at terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari jum’at pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari jum’at.” (HR. Ahmad)
4. Waktu yang mustajab untuk berdo’a
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari jum’at lalu beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari Muslim)
Namun mengenai penentuan waktu, para ulama berselisih pendapat. Diantara pendapat-pendapat tersebut ada 2 pendapat yang paling kuat:
a. Waktu itu dimulai dari duduknya imam sampai pelaksanaan shalat jum’at
Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata padanya, “Apakah engkau telah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah sehubungan dengan waktu ijaabah pada hari jum’at?” Lalu Abu Burdah mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Yaitu waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.'” (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat di atas. Sedangkan Imam As-Suyuthi rahimahullah menentukan waktu yang dimaksud adalah ketika shalat didirikan.
b. Batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘ashar
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslimpun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘ashar.” (HR. Abu Dawud)
Dan yang menguatkan pendapat kedua ini adalah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau mengatakn bahwa, “Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan generasi salaf dan banyak sekali hadits-hadits mengenainya.”
5. Dosa-dosanya diampuni antara jum’at tersebut dengan jum’at sebelumnya
Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari)
Amalan-Amalan yang Disyari’atkan pada Hari Jum’at
1. Memperbanyak shalawat
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari jum’at karena shalawatnya umatku akan dipersembahkan untukku pada hari jum’at, maka barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat derajatnya denganku.”(HR. Baihaqi dengan sanad shahih)
2. Membaca surat Al Kahfi
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at akan diberikan cahaya baginya diantara dua jum’at.” (HR. Al Hakim dan Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
3. Memperbanyak do’a
4. Amalan-amalan shalat jum’at (wajib bagi laki-laki)
  • Mandi, bersiwak, dan memakai wangi-wangian.
  • Berpagi-pagi menuju tempat shalat jum’at.
  • Diam mendengarkan khatib berkhutbah.
  • Memakai pakaian yang terbaik.
  • Melakukan shalat sunnah selama imam belum naik ke atas mimbar.


Semoga setelah membaca artikel di atas, kita bisa mendapat manfaat yang lebih besar dengan menambah amalan-amalan ibadah yang disyari’atkan. Sungguh begitu banyak jalan agar kita bisa meraup pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan kita di akhirat kelak. Wallahu a’lam.



Sumber: www.muslimah.or,id

Selasa, 23 Agustus 2016

Jenis-jenis Manusia Menurut Pandangan Islam

Ulama kenamaan Imam Ghazali rahimahullah pernah menjelaskan, manusia itu ada empat jenis. Pertama, manusia yang yadri wa yadri annahu yadri. Maksudnya, orang yang tahu dan dia tahu kalau dirinya itu tahu. Ini adalah jenis manusia yang paling baik. Jenis manusia yang memiliki kemapanan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmum, maka ia menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Dalam bahasa pakar  manajemen global, manusia jenis ini adalah manusia yang kreatif, selalu belajar, dan tidak berhenti berinovasi.
Manusia jenis ini adalah manusia unggul. Dalam bahasa Syaikh Muhammad Ahmad Al Rasyid, manusia jenis  inilah yang yang mampu merubah dunia kearah yang lebih baik, mereka layak menjadi pelopor“shina’atul hayah” atau “lifemaking”. Jumlah manusia jenis ini tidak banyak, tapi  keberadaan mereka menjadi nyawa bagi kehidupan umat manusia.
Konon, kemajuan Amerika Serikat dalam “bidang-bidang tertentu” ditentukan oleh pikiran-pikiran orang-orang pilihan, tak lebih dari lima puluh ribu orang. Mereka bukan orang yang suka mabuk-mabukan , dan juga bukan yang hidup glamor di Hollywood.
Mereka adalah para pemikir, para dosen dan peneliti, para pengamat politik dan ekonomi yang kredibel, para manajer perusahaan besar dan bank yang berpengaruh di dunia, para wakil komunikasi dalam dan luar negeri, para anggota dan mantan anggota kongres, tokoh-tokoh hakim dan pengacara, unsur-unsur mafia, para kepala sindikat, orang-orang di Gedung Putih sepuluh orang di Citibank dan Charter bank, sembilan orang di pusat Aramco, delapan orang di lobi-lobi bank dunia, tujuh orang pimpinan redaksi, dan enam orang ketua organisasi Yahudi  dan Fremansori. Selebihnya jutaan orang lainnya hidup di pinggir pentas peradaban Amerika.
Hal yang sama juga terjadi di Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China, Jepang, India dan juga Indonesia.
Jenis kedua adalah manusia yang la yadri wa yadri annahu la yadri, manusia yang tidak tahu, tidak berlimu, dan dia menyadari kalau dirinya tidak berilmu. Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang bisa menyadari kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi diriya dan bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia belajar. Dengan belajar itu, sangat diharapkan suatu saat dia bisa berilmu dan tahu kalau dirinya berilmu. Meskipun tergolong baik, tapi ini bukan tipe manusia yang bisa membuat perubahan bagi lingkungannya. Sebab, tanpa ilmu pengetahuan yang cukup, maka manusia tidak bisa berinovasi. Baiknya, tipe manusia ini dengan kesadaran dan akal sehatnya tidak akan menghalangi sebuah proses perubahan kearah yang lebih baik. Dan manusia jenis kedua ini, dia tidak akan berani nekat memegang amanah yang ia rasa tidak memiliki kapasitas untuk memegangnya. Sebab ia tahu siapa dirinya.
Jenis ketiga, adalah manusia yang yadri wa yaladri annahu yadri, yaitu manusia yang tahu, tapi tidak tahu kalau dirinya tahu. Manusia yang memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau dirinya memiliki ilmu dan kecakapan. Manusia jenis ini sering kita jumpai di sekeliling kita. Terkadang kita menemukan orang yang sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi.
Ada orang yang sudah puluhan tahun belajar di pesantren. Puluhan kitab telah ia khatamkan, tapi saat ia kembali ke tengah-tengah masyarakat, dia tidak mencerminkan sebagai orang yang berilmu. Apa yang dia pelajari seolah tidak seolah tidak ada bekasnya. Ia sama sekali tidak mau ikut andil memberantas kejahiliahan yang ada di sekelilingnya. Bahkan, ia diam saja ketika ada yang mengajarkan hal-hal yang sesat dan menyesatkan.
Manusia jenis ini menurut Imam Ghazali, perlu disadarkan. Karena ia telah menyia-nyiakan karunia yang diberikan Allah kepadanya. Padahal, karunia itu jika ia manfaatkan sunguh-sungguh akan menjadi sebab mengalirnya kebaikan bagi banyak orang.
Di negari ini, sering kali kita menemukan orang yang telah puluhan tahun belajar di dalam maupun luar negeri, ia bahkan menyandang gelar ilmiah paling tinggi, tapi ilmu yang ia pelajari tidak sama sekali ia amalkan. Ia bahkan bekerja di bidang yang bahkan kurang ia kuasai. Akibatnya bidang yang sebenarnya memerlukan spesialisasinya dinegeri ini tidak maju dan bidang yang ia garap karena bukan spesialisasi terbaiknya juga kurang maju. Banyak alasan yang menyebabkan fenomena ini terjadi, tapi tetap saja kondisi ini perlu dikoreksi, demi kemajuan umat dan negeri ini.
Jenis keempat, dan ini menurut Imam Ghazali, adalah jenis manusia yang paling buruk, yaitu manusia yang  la yadri wa la yadri annahu la yadriyaitu orang yang tidak tahu tapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Ini jenis manusia yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebaba ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya.
Repotnya lagi dinegeri, jenis manusia seperti ini terlalu banyak bergentayangan. Pemilu wakil rakyat beberapa waktu yang lau adalah buktinya. Sejatinya menjadi wakil rakyat tidaklah mudah. Karena wakil rakyat jugalah yang membuat undang-undang misalnya harus cukup memiliki bekal ilmu hukum dan perundang-undangan. Namun, terbukti ratusan ribu orang merasa berhak menjadi wakil rakyat. Bahkan ada yang tidak pernah lulus sekolah dari manapun, hanya bisa baca tulis, ia mencalonkan jadi wakil rakyat. Ijazah yang menjadi syarat administrasi dimanipulasi. Dan ia merasa bisa menjadi wakil rakyat.
Seorang penulis pemula, ada yang datang kepada saya. Dia bertanya kepada saya adakah memiliki buku tentang Palestina? Saya balik bertanya buku tentang Palestina yang seperti apa? Dia menginginkan buku tentang Palestina yang membahas tentang geografisnya, keadaan alam dan cuacanya.
Saya lalu menjawab bahwa saya mempunyai buku-buku Palestina, tapi dalam bahasa Arab. Dia mengatakan kalau berbahasa Arab, maka tidak akan bisa membacanya. Saya lalu bertanya. “Kok mencari buku Palestina, memangnya mau menulis tentang apanya?”
Dengan semangat berkobar, ia menjelaskan akaan membuat novel tantang Palestina. Dia ingin membangkitkan semangat juang membela Palestina. Sayapun tersenyum, saya kagum pada semangatnya yang berapi-api. Lalu saya bertanya asal-asalan saja, saya bertanya tentang tokoh yang sering jadi pemberitaan selama ini tentang Palestina. “Kenal Ahmad Yasin?” Siapa itu Ahmad Yasin?”
Dia menjawab sama sekali tidak kenal. Saya katakan bagaimana kamu mau menulis tentang Palestina kalau tokoh seterkenal Ahmad Yasin saja kamu tidak kenal, bahkan kamu belum pernah mendengarnya.
Penulis pemula ini tetap ngotot ingin menulis tentang Palestina. Karena saya sangat mengargainya, saya ingin dia matang jadi penulis yang baik, maka saya memberitahu apa yang seharusnya ia lakukan. Ia harus banyak membaca dan mengadakan riset yang serius. Dia sebelumnya pernah cerita ada penerbit yang memintanya menulis tentang Palestina, maka dia mengejar itu. Dan saya tahu dia kurang suka membaca dan pengetahuannya  tentang Palestina baru sebatas Palestina sekarang masih perang sama Israel. Maka saya katakan, “Kira-kira bagaimana kalau ada penulis mau menulis tentang Islam, lalu saya tanya kenal tidak kamu dengan Muhammad, dia menjawab tidak kena sama sekali. Dan dia ngotot mau menulis kesejatian Islam, padahal dia sama sekali tidak kenal Muhammad Saw sebagai pembawa Rialah Islam?”
Penulis pemula yang masih sangat muda itu, lalu diam seribu bahasa. Saya ingin dia tidak termasuk golongan jenis manusia yang keempat, manusia yang tidak tahu tapi dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Atau manusia yang tidak tahu tetapi selalu merasa tahu. Dan dewasa ini banyak sekali jenis manusia tipe ini yang menulis tentang Islam, tapi dia tidak tahu Islam. Bahkan ada yang berapi-api membela Islam, bahkan dengan menyitir puluhan ayat. Padahal na’uzubillah pemahamannya akan Al Qur’an-menurut sebuah hadist-tidaklah melewati tenggorokannya. Semoga kita terhindar dari sifat-sifat seperti itu. Amin!
Habiburahhman El Shiraz

Minggu, 12 Juni 2016

Manfaat Puasa Bagi Kesehatan


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs Al-Baqarah: 183)
Manfaat Pertama: Keharusan Puasa bagi Setiap Orang
Para ilmuwan hari ini menganggap puasa sebagai fenomena yang vital dan fitri, dimana kehidupan yang sempurna dan kesehatan yang baik tidak bisa diperoleh tanpanya. Apabial seseorang atau bahkan seekor binatang tidak berpuasa, maka ia akan terjangkit berbagai macam penyakit. McFadon, seorang ahli kesehatan Amerika, mengatakan, ‘Setiap orang perlu puasa, karena kalau tidak maka ia akan sakit. Karena racun makanan berkumpul dalam tubuh dan membuatnya seperti orang sakit, memberatkan tubuhnya, dan mengurangi vitalitasnya. Apabila ia berpuasa, maka berat badannya menurun, dan racun-racun ini terurai daritubuhnya dan keluar, sehingga tubuhnya menjadi bersih secara sempurna, lalu bobot tubuhnya akan kembali naik, dan sel-selnya kembali baru dalam waktu tidak lebih dari 20 hari setelah berhenti puasa. Pada saat itu ia merasakan vitalitas dan kekuatan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya.’
Di antara manfaat kesehatan dari puasa adalah:
1. Merilekskan tubuh dan memperbaiki syarafnya.
2. Menyerap zat-zat yang mengendap di usus. Pengendapan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan perubahan endapan itu menjadi kotoran yang beracun.
3. Memperbaiki fungsi pencernaan dan penyerapan.
4. Mengembalikan vitalitas organ pembuangan, dan memperbaiki fungsinya untuk membersihkan tubuh, yang mengakibatkan terkontrolnya stabilitas dalam darah dan berbagai cairan dalam tubuh.
5. Mengurai zat-zat yang berlebihan dan endapan-endapan di dalam jaringan yang sakit.
6. Mengembalikan keremajaan dan vitalitas sel-sel dan berbagai jaringan dalam tubuh.
7. Menguatkan indera dan meningkatkan IQ.
8. Memperbagus dan membersihkan Kulit.
Alexis Carrel, pemenang hadiah Nobel di bidang kedokteran, dalam bukunya Man the Unknown mengatakan, ‘Banyaknya porsi makanan dapat melemahkan fungsi organ, dan itu merupakan faktor yang besar bagi berdiamnya jenis-jenis kuman dalam tubuh. Fungsi tersebut adalah fungsi adaptasi terhadap porsi makanan yang sedikit…Gula pada jantung bergerak, dan bergerak pula lemak yang tersimpan dalam kulit. Semua organ tubuh mengeluarkan zat khususnya untuk mempertahankan keseimbangan internal dan kesehatan jantung. Puasa benar-benar membersihkan dan pengganti jaringan tubuh kita.’
Manfaat Kedua: Minimal Puasa Satu Bulan dalam Setahun
Allah berfirman, “Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (Qs Al-Baqarah: 185)
Prof. Nicko Lev dalam bukunya Hungry for Healthy mengatakan, ‘Setiap orang harus berpuasa dengan berpantang makan selama empat minggu setiap tahun, agar ia memperoleh kesehatan yang sempurna sepanjang hidupnya.’
Manfaat Ketiga: Mengenai Penetapan Waktu Puasa dari Matahari Terbit hingga Matahari Terbenam
Waktu puasa syar‘i adalah dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari, dengan tidak berlebihan saat berbuka puasa. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa jarak waktu yang tepat untuk puasa adalah antara 12 hingga 18 jam. Sesudah itu, simpanan gula dalam tubuh mulai terurai. Dreanik dkk. pada tahun 1964 mencatat sejumlah penyakit komplikasi kritis akibat berpuasa lebih dari 31 hari (wishal). Di sini tampak jelas mukjizat Nabawi dalam larangan puasa wishal atau bersambung.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, ‘Janganlah kalian puasa wishal.’ Para sahabat bertanya, ‘Tetapi engkau berpuasa wishal, ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Kalian tidak sepertiku. Sesungguhnya Tuhanku memberiku makan dan minum saat aku tidur malam.’
Manfaat Keempat:
Penelitian ilmiah membuktikan urgensi makan sahur dan berbuka untuk mensuplai tubuh dengan asam lemak dan amino. Tanpa kedua zat ini, lemak dalam tubuh akan terurai dalam jumlah besar, sehingga mengakibatkan sirosis pada hati, dan menimbulkan berbagai bahaya besar bagi tubuh. Nabi saw bersabda, ‘Umatku akan tetap dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.’
Manfaat Kelima: Pantang terhadap Makan, Minum dan Persetubuhan Menjaga dari Berbagai Bahaya Kesehatan
Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa berpantang terhadap makanan saja terkadang menimbulkan sejumlah resiko. Resiko terpenting adalah turunnya kadar garam dan cairan dalam tubuh, sehingga mengakibatkan berbagai macam penyakit, dan terkadang sampai kepada kematian. Persetubuhan mengakibatkan seseorang kehilangan 76 kkal, dan itu membahayakan seseorang jika dilakukan dalam keadaan berpuasa.
Manfaat Keenam: Keringanan untuk Orang Sakit dan Musafir
Alain Saury menjelaskan bahwa nilai puasa dalam menentukan vitalitas dan semangat tubuh, meskipun dalam kondisi sakit. Ia mengajukan beberapa kasus beberapa orang yang usianya lebih dari tujuh puluh tahun. Dengan puasa mereka bisa mengembalikan vitalitas tubuh dan psikologis mereka sehingga sejumlah orang di antara mereka mampu kembali bekerja di pabrik atau di ladang.
Jadi, keringanan dalam puasa bagi orang yang sakit dan musafir itu terkait dengan beban berat. Allah berfirman, “Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Qs Al-Baqarah: 185)
Manfaat Ketujuh: Urgensi Puasa Enam Hari pada Bulan Syawwal dan Tiga Hari pada Setiap Bulan
Puasa adalah sarana satu-satunya yang efektif untuk detoksinasi racun yang menumpuk di dalam tubuh. Puasa membersihkan saluran pencernaan secara sempurna dari bakteri-bakteri selaam satu minggu puasa. Proses detoksinasi untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dan racun yang menumpuk pada jaringan tubuh melalui air liur, getah lambung, getah kuning, dan getah pankreas, usus, mucus, air seni, dan keringat. Kadar getah dan tingkat keasamannya jauh berkurang dengan berpuasa.
Dr. Muhammad Said al-Buthi mengatakan, ‘Puasa dapat mencegah penumpukan zat-zat beracun yang berbahaya seperti asam pada air seni, serta fosfat amoniak dan magnesia pada darah, serta dampak-dampanya, yaitu penumpukan racun pada sedi dan kandung kemih, dan mencegah penyakit rematik.
Berbagai penelitian medis membuktikan bahwa puasa sehari itu dapat menghilangkan ampas dan racun yang mengendap selama sepuluh hari. Maksudnya, seseorang itu perlu berpuasa 36 hari selama setahun. Dari sini kita memahami hikmah perintah Nabi saw untuk berpuasa selama enam hari bulan Syawwal, agar proses detoksinasi itu sempurna.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari, bahwa Nabi saw bersabda, ‘Barangsiapa berpuasa bulan Ramadhan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari bulan puasa, maka itu seperti puasa setahun.’
Mengenai perintah Nabi saw untuk puasa tiga hari setiap bulan (Ayyumul Bidh), pengetahuan modern pada tahun-tahun terakhir menemukan bahwa bulan pada hari ke-13, 14, dan 15 itu mengakibatkan peningkatan sensitifitas syaraf dan ketegangan psikologis hingga tingkat yang dapat membuat seseorang gila.
Manfaat Kedelapan: Berbuka dengan Kurma
Rasulullah saw sering berbuka dengan kurma basah. Kalau tidak ada, maka beliau berbuka dengan kurma kering. Kalau tidak ada, maka beliau berbuka dengan air putih. Ini adalah petunjuk terbaik bagi orang yang berpantang makan selama berjam-jam. Karena gula dalam kurma itu membuat orang merasa kenyang, karena ia dicerna dengan cepat dan sampai ke darah dalam beberapa menit, serta memberi tubuh kekuatan yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas rutinnya. Tetapi seandainya seseorang berbuka dengan makan daging, dan roti, maka dibutuhkan waktu yang lama untuk mencernanya dan mengubahnya menjadi gula, seseorang tidak merasa kenyang.
Hikmah yang terkandung di dalam penetapan syariat ini mustahil diketahui oleh manusia pada waktu al-Qur’an ini diturunkan, dan hal itu menunjukkan bahwa al-Qur’an itu bersumber dari Allah, sebagaimana Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Al-Qur’an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Furqan : 6)
Dr. Shalih bin Abdul Qawi as-Sanabani

Senin, 23 Mei 2016

Struktur Kepengurusan NUANSA 2016


Alhamdulillah inilah kepengurusan NUANSA 2016, semoga dalam setahun kedepannya bisa tetap istiqomah dalam mengemban amanah yang diberikan.

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ù„َا تَØ®ُونُوا اللَّÙ‡َ Ùˆَالرَّسُولَ ÙˆَتَØ®ُونُوا Ø£َÙ…َانَاتِÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ْ تَعْÙ„َÙ…ُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui" (Q.S Al-Anfal:27)

Rabu, 18 Mei 2016

Keistimewaan Kucing dalam Islam


MENGAPA RASULULLAH S.A.W SANGAT MENYAYANGI KUCING?
NABI Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.
Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.
Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al Bukhari, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Dari Ibnu Umar ra bahwa rasulullah saw bersabda, “Seorang wanita dimasukkan kedalam neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada di lantai,” (HR. Bukhari).
Nabi menekankan di beberapa hadis bahwa kucing itu tidak najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci.
Kenapa Rasulullah Saw yang buta baca-tulis, berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis?
Keistimewaan Kucing
Fakta Ilmiah 1 :
Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia.
Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya. Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.

Fakta Ilmiah 2 :
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.

Hasil yang didapatkan adalah:
- Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.
- Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
- Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.
- Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
- Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.
- Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.

Komentar Para Dokter Peneliti
- Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing.
- Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
- Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing,
- Manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia.
- Dokter hewan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bemama lysozyme.
- Kucing tidak suka air karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll)
- Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air.
- Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.

Fakta Ilmiah 3 :
Dan hasil penelitian kedokteran dan percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih daripada manusia.

Fakta Ilmiah Tambahan :
Zaman dahulu kucing dipakai untuk terapi. Dengkuran kucing yang 50Hz baik buat kesehatan selain itu mengelus kucing juga bisa menurunkan tingkat stress.
Sisa makanan kucing hukumnya suci.
Hadist Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.

Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang rumahan),” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu.

Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”
Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.
Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.
Rasulullah Saw bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing.” (H.R Al-Baihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).
Hadis ini diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya adalah suci, Liurnya bersih dan membersihkan, serta hidupnya lebih bersih daripada manusia. Mungkin ini pula-lah mengapa Rasulullah SAW sangat sayang kepada Muezza, Kucing kesayangannya.

MENTORING UMUM BERSAMA NUANSA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Halo Sobat Nuansa😊 Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang kegiatan Mentoring ...